23 October 2009

Haji dan falsafah


Konsep Musafir


Jika kita berangkat sebagai musafir ke Mekkah dan Madinah untuk ibadah haji dan menemuinya, maka ingatlah bahwa kita pasti bermusafir kembali kepadaNya bahkan untuk selamanya.



Bekalan dan Persiapan Haji


Jika kita sangat berusaha mempersiapkan bekal dan kewangan untuk perjalanan haji, apakah kita sudah mempersiapkan bekal yang cukup untuk pulang kepada Allah Swt.

Kendaraan Haji
Jika kita telah menaiki kendaraan menunaikan haji, maka ingatlah bahwa kita akan dihantarkan oleh kendaraan yang lebih harus kita perhatikan, yaitu kendaraan jenazah, maka bersiaplah !!



Kain Ihram


Jika kita telah memakai ihram yang hanya dua helai dan berwarna putih, maka kita ingatkan baik-baik dalam hati bahawa suatu saat kita akan dibungkus dengan kain kafan. Di saat itu, tidak berguna lagi seluruh pakaian yang kita banggakan.


Tinggalkan Keluarga


Jika kendaraan kita telah berjalan, kita telah meninggalkan keluarga, harta benda dan kampung halaman, maka itu tanda yang jelas bahwa suatu saat kita harus meninggalkan mereka, karena itu mari kita bekalkan mereka dengan ilmu agama.


Perjalanan Panjang


Jika dalam perjalanan, kita merasakan kelelahan karena panjangnya jarak dan karena panas atau dingin, atau karena kekuatiran yang mengancam, maka ketahuilah bahwa antara kuburan kita dan surga jaraknya sangat jauh, perjalanannya sangat melelahkan, penuh ketakutan dan kekuaatiran, apalagi kita hanya sendiri. Karena itu berhati-hatilah !!



Talbiyah









Ketika lidah kita bergema dengan talbiyah, maka rasakanlah di dalam hati kita yang paling dalam, bagaimana indahnya panggilan Allah SWT di hari kiamat. Apakah kita termasuk orang yang selalu mendatangi panggilanNya dengan baik ?


Sampai di Masjidil Haram


Jika kita sampai di halaman Masjidil Haram dengan selamat, maka perbesarlah harapan bahawa kita di hari kiamat akan selamat dari segala siksa Allah SWT, sehingga kita dapat masuk kedalam surga-Nya dan di bawah naunganNya
Jika kita telah memasuki Masjidil Haram maka sedarlah bahwa kita telah memasuki istana kebesaranNya. Janganlah kita merasa besar di hadapan-Nya dan jangan sampai tertipu atau terpukau kepada kemegahan dan kecantikan masjid-Nya karena sesungguhnya pemilik Masjid itu jauh lebih cantik dan lebih menarik.


Melihat Ka’bah


Jika pandangan kedua mata kita telah menatap keagungan Ka’bah dan kita menangis karena terharu dan rasa rindu, maka jangan lupa kita berdo’a dengan doa ini : “ Ya Allah sebagaimana engkau kurniai hamba ini dapat melihat Ka’bah Mu maka muliakanlah pula hamba di surga dapat melihat Dzat Mu yang Maha Mulia .”


Tawaf


Jika kita melakukan tawaf, maka tawafkanlah hatimu di sekeliling mahligai istana Allah SWT. Ni’matilah keindahan-Nya, kemulianNya, keagunganNya. Mintalah kita dengan sebanyak-banyaknya karena kita sudah berada dalam pusat rahmat dan kasih sayangNya.



Multazam



Jika kita kemudian mendapat kesempatan untuk berdoa di “Multazam“, maka jujurkan niat kita, bahwa saat itu kita akan bergantung dengan erat kepada agamaNya, melepaskan segala ketergantungan kepada selainNya.


Sa’i



Ketahuilah bahwa sa’i harus kita lakukan tujuh kali, itu sebagai bertanda bahwa kita tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Jika kita mengajukan hajat atau permohonan dan belum dikabulkan, maka teruslah ulangi permohonan kita tanpa berburuk sangka. Jangan pernah berputus asa untuk selalu “ mondar-mandir“, karena Dia pasti menerima do’a kita.


Wukuf Di Arafah



Jika kita wukuf di Arafah, maka wukuflah dengan kerendahan hati. Jangan kita merasa lebih dari siapapun dalam hal sekecil apapun karena yang berhak untuk sombong hanyalah Dzat yang menciptakan seluruh manusia, Allah SWT . Renungkan pula bagaimana jika di hari kiamat Allah mengumpulkan seluruh makhluk di padang “Mahsyar“ untuk dihisab dan dimintai pertanggung jawaban atas segala ni’mat yang telah mereka terima, penuh ketakutan, keadaan yang mencekam, masing-masing hanya memikirkan nasib sendiri. Tiada seorang yang sempat mengingat teman, istri, anak, bahkan bapa dan ibunya. Persoalannya ialah, bagaimana keadaan kita saat itu ?



Melempar Jamrah


Ketika kita melempar “Jamrah” maka tundukkanlah akal dan hati kita kepada perintah Allah SWT. Walaupun kita tidak mengetahui hikmah dan rahasia jamrah, namun karena itu perintah Allah SWT. maka kita harus tunduk mutlak. Jangan lupa pula, meniatkan dalam diri bahwa melempar jamrah itu adalah melempar setan yang dila’nat. Berjanji kepada kita bahwa kita tidak akan menurutinya lagi, karena sesungguhnya jumrah adalah simbol permusuhan dengan syaitan untuk selama-lamanya.


Selamat Menunaikaan ibadah Haji kepada semua teman2 dan cikgu2.

Didoakan mendapat Haji Mabrur.


Salam Ukhuwah

WakMan